Hai nama gue, Kayla. Gue mahasiswi semester awal jurusan broadcasting. Gue hanya mahasiswi biasa banget. Enggak popular, enggak cantik, enggak tinggi dan enggak putih. Kenapa gue bilang kayak gitu? Soalnya yang gue lihat di iklan-iklan, seorang cewek itu, harus putih, tinggi, cantik dan popular. Oke balik lagi yah tentang gue. Walaupun gue enggak cantik dan enggak populer, tapi gue punya seseorang yang ngerti dan nerima gue apa adanya. Gue punya pacar, namanya Dion. Gue dan Dion kenal di sebuah organisasi kampus. Gw ikut organisasi ini hanya untuk ajang eksistensi, supaya enggak di bilang KuPu-KuPu alias Kuliah Pulang. Nah, dari sinilah gue kenal Dion. Dion kayak cowok2 lainnya, dia baik dan cukup pendiam. Awalnya gue enggak percaya dia bisa nyatakan perasaannya ke gue. Kenapa? Karena Dion tipe cowok idola cewek-cewek kampus. Dion selalu terlihat charming, pendiam dan selalu bisa menghipnotis semua cewek-cewek kampus. Mungkin kalau semua cewek-cewek hatinya bisa bicara, mungkin mereka akan bilang : “Kayla dan Dion bukan pasangan serasi”.
“maaf, mau tanya boleh.Gedung A lantai 4, dimana ya?”tanya gue dengan nafas yang ngos-ngosan. “Mau kesana? Bareng gue aja”jawab cowo dengan tinggi kira-kira 170cm, kulitnya bersih dan charming. “iya boleh”ajak gw senang. Setelah perkenalan itu, gue jadi semakin deket dengan Dion. Walaupun Dion bukan tipe gue, tapi Dion cukup fun buat di jadiin pacar.
“halo, kamu dimana yang?” tanya gue di telpon. “Aku masih di kelas, entar aku telpon kalau udah selesai”. Oh ternyata Dion masih di kelas. Gue segera ke kantin bertemu temen-temen gue. Di kantin ada 3 orang sahabat gue. Fira, Mia dan Anggi. “Key, lu ngerasa aneh enggak sih sama Dion?” tanya Fira ke gue yang lagi makan es krim. “aneh kenapa?biasa aja ah” jawab gue dengan konsentrasi makan es krim. “kalian enggak pernah malem mingguan bareng kan?sabtu-minggu juga enggak pernah ketemu kan?”tanya Mia yang agresif banget mengajukan pertanyaan. “iya gue enggak pernah ketemu dia hari sabtu-minggu.emangnya masalah ya?” jawab gue cuek. “ya aneh lah Key.dimana-mana tuh kalau pacaran, harus, kudu, waji, mesti malem mingguan.lu ga pernah tanya ke Dion?”tanya Anggi ikut-ikutan. “kan hari senin sampai jumat, ketemu terus di kampus, jadi buat apa ketemuan weekend?kan weekend buat keluarga”jawab gw dengan santai. “kalau gue sih curiga Key. Iya kan Mi, Nggi?”tanya Fira ke Mia dan Anggi. Mia dan Anggi menjawab dengan anggukan kepala.
“Dan bila..inikan menjadi nyata, bila memang cinta tak lagi sama, semua beebeda antara kita berdua…
Haruskah inikan menjadi nyata, bila memang cinta tak lagi sama, lelah ku mencoba, haruskah ku bertahan lagi…”
Bait lagu Soulvibe – Dan Bila, yang gue putar, mengingatkan hubungan gue sama Dion. Setelah gue pikir-pikir, Dion enggak pernah ketemu gue kalau weekend. Sabtu kemarin, Dion bilang pergi sama keluarganya ke luar kota. Hari Sabtu dua minggu lalu, Dion bilang temennya ulang tahun. Kemarin-kemarinnya, ah gue lupa. Yang pasti statement Fira, Mia dan Anggi, bener semua. Gue harus curiga. Gue harus tahu kemana Dion pergi setiap hari Sabtu dan Minggu. Tapi gimana caranya? Gue enggak tahu rumahnya? Selama 5 bulan pacaran sama Dion, dia enggak pernah ngajak ke rumahnya. Gue sih mikirnya, mungkin terlalu cepat untuk dikenalin sama orang tuanya. Gue terima alasannya Dion: terlalu cepat dan belum waktunya.
Gue dan Dion lagi makan di kantin kampus, tiba-tiba temennya Dion, Indra berbisik ke Dion. Gue sebagai pacarnya, biasa aja sih. Mungkin itu rahasia mereka. Kalau Dion mau cerita, pasti gue dengerin. Tapi kalau Dion enggak cerita, gue enggak mencoba untuk mengorek privasi Dion. Dion pernah bilang ke gue, kalau gue cewek yang paling ngertiin dia. “kamu tuh cewek paling enggak repot sedunia” ucap Dion ke gue. “iya dong.. kan aku percaya sama kamu” manja gue ke Dion.
“sayang… Sabtu besok, aku pergi sama Indra yah”Dion meminta izin ke gue. “mau kemana emangnya?aku boleh ikut ga?”tanya gue. “yah ga bisa, ini acara buat cowok-cowok gitu.acara apa yah, tadi Indra bilang nama acaranya, tapi aku lupa.boleh kan?tanya Dion lagi. Gue cuma bisa angguk kepala.
Karena Dion pergi sama temen-temen cowoknya, gue juga pergi sama temen-temen cewek gue. Tema hari ini, No Boys No Cry. Gue dan sahabat-sahabat gue nongkrong di café daerah Fatmawati. Tiba-tiba pembicaraan Mia mulai serius. “Eh kalian tahu enggak?cowok yang gue taksir, yang anak Bandung itu, si Oka, ih ternyata dia homo” cerita Mia tentang gebetannya yang dia temui di Bandung sewaktu liburan kemarin. “padahal ganteng lho, agak pendiam, manis banget deh orangnya.gue enggak nyangka” Mia menambahkan. Gue yang penasaran, langsung mengajukan pertanyaan ke Mia “lu tau darimana kalau dia homo?”tanya gue penasaran. “gue di kasih tahu sama temennya, Sella”jawab Mia. “lu yakin Mi?gue sih takutnya lu di bohongin sama Sella.siapa tahu, Sella suka sama Oka.iya kan?”curiga Anggi. “eh iya lho Mi, siapa tahu gitu.wah lu ketipu dong kalau gitu?”tambah Fira. “dia beneran homo.gue pernah liat dia hampir ciuman sama cowok di club”cerita Mia dengan hampir mau nangis. Fira adalah seorang cewek yang agak sedikit tomboy. Tapi dia cantik dengan gayanya itu,walaupun tomboy, rambutny panjang dan berkilau. “Waduh sabar ya Mi.sayang banget ya, cowok cakep kayak gitu homo.padahal kan banyak cewek cantik”gue mencoba membuat Mia tabah. Nah kalau Mia, dia cewek yang lembut dan penuh perasaan. “Iya tuh.kasihan ya”Anggi menambahkan. Anggi, dia agak sedikit tulalit tetapi fun banget. “sekarang kelihatan deh, tipe cowok di dunia cuma 2.yang pertama:Brengsek.yang kedua:Homo.bener kan?”Fira menganalisa. Gue, Mia dan Anggi dengan kompak menjawab “SETUJU!!”
Gue hari ini enggak ada jadwal kuliah, jadi gue bisa santai-santai di rumah sambil berselancar di dunia maya. Gue termasuk aktif banget di dunia maya. Gue mengecek inbox gue dan gue lihat ada yang mengirimkan gue message. Gue lumayan penasaran, karena isinya tertulis: “kamu selama ini tertipu dengan sikap baiknya. Sebenarnya dia tidak sebaik yang kamu bayangkan”. Gue yang bingung karena isi pesan itu, hanya tersenyum dan bilang “enggak jelas”.
“aku mau ke rumah kamu dong.kita kan udah 6 bulan pacaran” pinta gue ke Dion. Dion yang lagi minum langsung keselek. “kamu mau ke rumah?ngapain?mama papa aku kan kerja.di rumah enggak ada orang” jawab Dion sambil batuk-batuk karena keselek. “aku kan cuma mau kenalan aja sama mama papa kamu.kamu kan udah kenal sama mama papa aku.masa aku enggak boleh”gw mencoba untuk memohon. “bukannya enggak boleh,nanti aja ya kalau papa mama aku di rumah”.
Kayaknya kecurigaan gue ke Dion mulai membuat gue penasaran. Pertama, tiap weekend gue enggak pernah ketemuan sama dia. Kedua, udah pacaran 6 bulan belom pernah sekalipun di kenalin sama orang tuanya bahkan belom pernah ke rumahnya. Oh.. poor me. Apa cuma gue doang yang punya nasib seperti ini? Gue harus melakukan sesuatu. Gue mau cari tahu, kemana dia pergi setiap weekend. Langkah pertama, adalah menelpon sahabat-sahabat gue. “kita ketemua sore ini di rumah gue jam 4.ga pake telat ya Anggi. Sms delivered to Fira, Mia dan Anggi.
Kami semua sudah berkumpul di kamar gue jam 4 sore, seperti biasa, Anggi terlambat. Gue mulai membuka topik diskusi. “nah, yang kalian tahu, Dion enggak pernah pergi weekend sama gue. Gue sudah mulai curiga sama dia. Gue curiga dia punya pacar lagi”. Fira, Mia dan Anggi terlihat serius dengan pikiran-pikiran mereka sendiri. “langkah apa yang harus gue lakukan untuk ngebuktiin Dion selingkuh atau enggak” tanya gue ke Fira, Mia dan Anggi. “kita ikutin dia aja Key” Anggi memberi ide. “gw juga maunya gitu, tapi gue enggak tahu rumahnya Dion dimana”jawab gue. “gini aja,besok pas Dion selesai kuliah, kita ikutin. Siapa tahu dia langsung pulang ke rumahnya” Fira memberi ide yang lebih baik dari Anggi. “tapi yakin lu Key mau ngikutin dia?” tanya Mia dengan hati-hati. “gue yakin se yakin-yakinnya. Gue penasaran banget”.
Sore itu gue, Fira, Mia dan Anggi membuntuti mobilnya Dion. Ternyata Dion enggak langsung pulang ke rumah. Dion pergi ke sebuah rumah. Agak lama nunggu Dion keluar dari rumah itu, tapi setelah keluar, Dion langsung menuju suatu tempat. “eh kalian ngerasa enggak sih. Kita kayak lagi di reality show gitu” ucap Anggi dengan polos. Gue, Fira dan Ami yang sedang serius, di buat heran oleh Anggi. “Anggi!!!” jawab gue, Fira dan Mia serempak.
Sekitar 4 jam buntutin Dion, akhirnya Dion sepertinya menuju rumahnya. “ini kali rumahnya Dion. Tuh kayaknya ada bapak-bapak gitu” ucap Mia. “ya mudah-mudah2an aja Mi. tunggu sebentar lagi ya. Gw juga yakin sih ini rumahnya”